Minggu, 24 September 2017

Sejarah Agama Islam Di Dunia

Sejarah Agama Islam Di Dunia

Sejarah Agama Islam Di Dunia

Sejarah Islam adalah sejarah agama Islam mulai menurun dalam wahyu pertama di 622 seperti diungkapkan Rasul terakhir, Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi sampai sekarang.

Sejarah Agama Islam Di Dunia
Islam muncul di Semenanjung Arab pada abad 7 Masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat ayat-ayat Allah s.w.t. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. Islam berkembang ke Samudra Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Seiring waktu, Muslim dibagi dan ada banyak kerajaan Islam berkembang lainnya.

Namun, munculnya Islam sebagai kerajaan kerajaan Umayyah, Abbasiyah, kerajaan Seljuk / Turki Seljuk, Ottoman Empire, Mughal Empire, India, dan Kesultanan Malaka telah menjadi kerajaan yang kuat. Tempat yang bagus untuk belajar ilmu pengetahuan telah menyadari sebuah peradaban Islam yang agung.Banyak ahli dalam ilmu sains dan sebagainya muncul dari negara-negara Muslim, terutama dizaman emas Islam.
Pada abad ke-18 dan ke-19 Masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman runtuh kerajaan Islam terakhir menyembah bumi.

Nabi Muhammad S.A.W
Semenanjung Arab sebelum kedatangan Islam adalah daerah yang sangat terbelakang. Banyak orang Arab yang penyembah berhala dan pengikut lain dari agama Kristen dan Yahudi. Mekkah saat itu adalah tempat suci bagi orang-orang Arab. karena di tempat-tempat ini ada berhala agama mereka dan ada juga Sumur Zamzam, dan yang paling penting adalah Ka’bah.

Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah pada Tahun Gajah adalah pada taggal 12- Rabi’ul Awal atau pada tanggal 21 April (570 atau 571 Masehi). Nabi Muhammad adalah seorang yatim piatu setelah ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal ketika ia berusia 7 tahun.

Kemudian ia dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia dibesarkan dengan baik oleh pamannya, Abu Thalib. Nabi Muhammad kemudian menikah dengan Siti Khadijah ketika ia berusia 25 tahun. Dia memiliki kambing dan menjadi pengembala kambing.

Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim. Pada saat ia berusia 35 tahun, pada saat banjir di kota Mekah, ia tidak suka suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki masalah sosial yang tinggi. Selain orang-orangnya menyembah berhala, orang-orang Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi-bayi perempuan. Nabi Muhammad menghabiskan banyak waktu degan menyendiri di gua Hira untuk mencari ketenangan dan memikirkan Mekkah.

Ketika Nabi Muhammad berumur 40 tahun, ia dikunjungi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu, ia mengajar ajaran Islam secara diam-diam kepada orang-orang terdekat yang dikenal sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun (yang pertama masuk Islam)” dan kemudian secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, setelah turun wahyu al quran surat al Hijr ayat 94.

Di tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah. peristiwa ini dinamakan Hijrah. Sejak itu dimulai kalender Islam atau kalender Hijriyah.

Warga Mekkah dan Madinah berjuang dengan Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik meskipun ada di antara umat Islam yang tewas. Muslim akhirnya menjadi lebih kuat, dan menaklukkan kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah kendali Islam.

Perkembangan Agama Islam Di Dunia
Dalam sejarah umum Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad telah berkembang secara luas di seluruh dunia. Bani Abbasiyah, Bani Umayyah, dan Kekaisaran Utsmaniyah dapat dikatakan untuk menghubungkan daya dari empat khalifah pertama Islam setelah Khulafaur Rasyidin.

Indonesia telah mengenal Islam sejak abad pertama 7 masehi atau Hijriyah, meskipun frekuensinya tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para pedagang-pedangang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk berhenti untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih baik, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara, yang berlangsung hingga beberapa abad kemudian.

Khulafaur Rasyidin


  • 632 – Wafatnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah. Usamah bin Zaid memimpin penyerbuan ke Syria. Perang melawan orang yang murtad, yaitu Bani Tamim dan al-Kadzab Musailamah. Dan
  • 633 M – Mulailah pengumpulan Al Quran.
  • 636 M – Perang di tentara Romawi sehingga Ajnadin atas Suriah, Mesopotamia, dan Palestina bisa ditaklukkan. Penaklukan Kadisia atas tentara Persia.
  • 661 M – Ali bin Abi Thalib meninggal karena dibunuh. Pemerintah Khulafaur Rasyidin berakhir. Hasan (cucu dari Nabi Muhammad) kemudian diangkat sebagai Khalifah ke-5 Muslim (umat muslim) menggantikan Ali bin Abi Thalib.
  • 661 M – Setelah sekitar 6 bulan Khalifah Hasan memerintah, dua kelompok besar, yaitu kekuatan Islam pasukan Hasan Khalifah di Kufah dan pasukan Muawiyah di Damaskus siap untuk memulai pertempuran besar.Ketika pertempuran akan pecah, Muawiyah kemudian menawarkan rencana perdamaian untuk Khalifah Hasan kemudian dengan mempertimbangan persatuan Umat Muslim, rencana perdamaian diterima dengan persyaratan oleh Khalifah Hasan kepada Muawiyah. disampaikan oleh Khalifah Hasan kepada Muawiyah.Tahun itu dikenal sebagai Tahun Perdamaian / Unity (Aam Jamaah) dalam sejarah umat Islam. Sejak saat itu Muslim Khalifah Muawiyah diikuti oleh sistem yang merupakan kerajaan Islam pertama yaitu pergantian pemimpin (Raja Islam) dilakukan untuk generasi (Daulah Umayyah) dari Umayyah Daulah kemudian terus kerajaan Islam yang selanjutnya disebut yaitu pergantian pemimpin.


Kerajaan Bani Ummaiyyah


  • 661 M – Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan sebuah Kerajaan Bani Ummaiyyah.
  • 669 M – Mempersiapkan peperangan untuk melawan Konstantinopel
  • 677 M – Melakukan penyerangan peperangan Konstantinopel yang pertama kali tetapi masih gagal.
  • 679 M – Melakukan penyerangan peperangan Konstantinopel yang kedua tetapi gagal karena Muawiyah meninggal pada tahun 680.
  • 700 M – Tentara muslim melawan Afrika Utara dari kaum Barbar .
  • 717 M – Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Pembaharuan yang hebat dijalankan.
  • 725 M – Tentara muslim melawan Nimes di Perancis.
  • 749 M – Kekalahan tentera Ummayyah di Kufah, Iraq ditangan tentara Abbasiyyah.
  • 750 M – Damaskus ditaklukkan oleh tentera Abbasiyyah. Dan runtuhnya Kerajaan Bani Ummaiyyah.


Kerajaan Bani Abbasiyyah


  • 752 M – Berdirinya sebuah Kerajaan Bani Abbasiyyah.
  • 763 M – Pendirian kota Baghdad. Kekalahan tentara Abbasiyyah di Spanyol.
  • 809 M – Wafatnya Harun ar-Rasyid. Al-Amin dan diangkat menjadi khalifah.
  • 814 M – Terjadinya perang saudara antara Al-Amin dan Al-Ma’mun. Al-Amin yang terbunuh dan Al-Ma’mun yang menjadi khalifah.
  • 1055 M – Penyerangan tentara Turki terhadapa Baghdad..
  • 1091 M – Berakhirnya pemerintahan islam di Sicilia karena penyerangan Bangsa Norman.
  • 1095 M- 1099 M – Dimulai pertama kalinya perang Salib dan Tentara Salib mengalahkan Baitul Maqdis. Dan mereka membunuh semua penduduknya.
  • 1144 M – Nuruddin Zengi mengalahkan Edessa dari tentera Kristian. Perang Salib kedua berlaku.
  • 1187 M – Salahuddin Al-Ayubbi mengalahkan Baitulmuqaddis dari tentera Salib. Perang Salib ketiga berlaku.
  • 1258 M – Pasukan Mongol melakukan penyerangan dan menghancurkan Baghdad. Ribuan penduduk Baghdad terbunuh. Runtuhnya Baghdad. Berakhirnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah-Seljuk.
  • 1260 M – Kebangkitan Umat Muslim (islam). Kerajaan Bani Mamluk di Mesir (merupakan sebuah pertahanan Umat Muslim yang ke 3 terakhir setelah Makkah & Madinah) dari pimpinan SultanSaifuddin Muzaffar Al-Qutuz yang mengalahkan pasukan Mongol di dalam sebuah peperangan di Ain Jalut.


Kerajaan Turki Utsmani


  • 1299 M – Sebuah pemerintahan yang kecil di Turki di bawah Turki Seljuk didirikan di barat Anatolia.
  • 1301 M – Osman I menyatakan bahwa dirinya sebagai seorang sultan. Dan berdirinya Kerajaan Turki Usmani.
  • 1402 M – Timurlane, Raja Tartar (Mongol) menghabiskan tentera Uthmaniyyah di Ankara.
  • 1451 M – Sultan Muhammad al-Fatih menjadi seorang pemimpin pemerintah.
  • 1687 M – Wafatnya Sultan Muhammad IV.
  • 1804 M – Kebangkitan dan pemberontakan bangsa Serbia yang pertama.
  • 1815 M – Kebangkitan dan pemberontakan bangsa Serbia kedua.
  • 1826 M – Kekalahan tentera laut Uthmaniyyah di Navarino. Dan pembunuhan secara massal tentara elit Janissari.
  • 1830 M – Kemerdekaan Greece dan berakhirnya peperangan.
  • 1853 M – Awal Perang Crimea.
  • 1856 M – Berakhirnya Perang Crimea.
  • 1912 M dan 1913 M – Perang Balkan pertama dan Perang Balkan kedua
  • 1924 M – Khalifah dihapus.Dan berakhirnya sebuah pemerintahan Kerajaan Turki Utsmani.


Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan dan lain-lain.
Tokoh penyebar agama islam di Indonesia adalah walisongo antara lain,


  1. Sunan Ampel
  2. Sunan Bonang
  3. Sunan Muria
  4. Sunan Gunung Jati
  5. Sunan Kalijaga
  6. Sunan Giri
  7. Sunan Kudus
  8. Sunan Drajat
  9. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Read More

Kamis, 14 September 2017

Dzikir atau Wirid Setelah Shalat Jumat

Dzikir atau Wirid Setelah Shalat Jumat

Dzikir atau Wirid Setelah Shalat Jumat

Di tengah masyarakat kita, wirid setelah jumat cukup beragam, karena memang shalat Jumat berbeda dengan shalat maktubah lainnya. Di antara mereka ada yang membaca wirid sebagaimana setelah shalat maktubah, ada yang membaca surah al-Fatihah, al-Ikhlash dan al-Mu’awwidzatain masing-masing sebanyak tujuh kali, atau bahkan langsung membaca syi’ir yang sering dikumandangkan pada hari Jumat, yakni Ilahi lastu li al-firdaus ahla sampai akhir secara berjamaah.

Lantas bagaimana fikih memberi penjelasan mengenainya. Di dalam kitab-kitab fikih, semisal Bughiyah al-Mustarsyidin dan Fath al-Mu’in, kita temukan anjuran wirid yang dibaca setelah shalat Jum’at, yaitu dengan membaca surah al-Fatihah, surah al-Ikhlash, dan al-Mu’awwidzataian masing-masing sebanyak tujuh kali (Sab’an-sab’an). Wirid ini dibaca sebelum mengubah posisi dua kaki dari duduk.

Adapun faidah dari wirid ini, disebutkan mendapat ampunan atas dosa yang akan datang dan telah dikerjakan.
Lebih lengkah dari apa yang dijelaskan di dalam dua kitab di atas apa yang ditulis oleh ar-Ramli dalam kitab Hasyiahnya. Beliau mengutip sebuah hadits riwayat al-Mundziri dalam kitab Juz al-Jumah yang bersumber dari Anas secara Marfu’. Disebutkan, orang yang setelah salam imam di shalat Jumat dan sebelum mengubah posisi kedua kaki membaca Fatihah al-Kitab, surah al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatai masing-masing tujuh kali dosanya diampuni, baik yang lampau atau yang akan datang. Ia juga mendapat pahala sehitungan orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya.

Selain itu, ar-Ramli juga menyebut riwayat Ibn Sinni dari hadis Siti ‘Aisyah secara Marfu’ yang menyebutkan bahwa orang yang membaca surah al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzaian sebanyak tujuh kali setelah shalat Jumat akan mendapat perlindungan Allah dari segala kejelekan hingga Jumat berikutnya.

Dalam Riwayat ini tidak menyebut Fatihah. Mengutip  pendapat al-Barizi, ar-Ramli juga menyebut auturan wirid demikian, tetapi dengan jaminan yang sedikit berbeda, yaitu mendapat penjagaan atas agama, harta, keluarga dan anaknya. Abu ‘Ubaid juga menyatakan demikian, dengan riwayat melalui Ibn Syihab yang juga dengan tanpa menyebut surah al-Fatihah.

Di keterangan lain, juga ada hadis Mauquf dari Asma’ binti Abi Bakr yang menyebutkan, “Siapa yang setelah shalat Jum’at membaca  Fatihah al-Kitab, Qul Huwallohu Ahad, Qul A’udzu bi Robbil Falaq, dan Qul A’udzu bi Robbin Naas tujuh kali. Maka ia akan dilindungi hingga jum’at berikutnya.” (Syu’bu al-Iman al-Baihaqi Hadits no.2577, 2:518, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Hadits no. 30218, 10:357, dll).

Selain itu, banyak para ulama yang menghukumi sunah membaca wirid khusus setelah shalat Jumat di atas. Di antara mereka adalah Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalany ( w. 852 H.), Al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthy (w. 911 H.), dan Syekh Sulaiman bin Muhammad al-Bujairami.

Anjuran untuk membaca wirid di atas memang banyak bersumber dari sahabat yang dinilai Mauquf, walaupun secara riwayah dihukumi shahih. Kalaupun ada yang berstatus Marfu’, banyak yang menilai lemah. Akan tetapi, hadits dha’if masih bisa diamalkan sebatas dalam lingkup Fadha’il al-Amal. Terlebih lagi, dalam hadits Mauquf yang banyak dinilai akurat terdapat indikasi ke-Marfu’-an, karena materi yang disampaikan tidak ada peluang muncul dari ijtihad mereka sendiri. Tentunya, hal ini menunjukkan bahwa para sahabat mempelajarinya dari Rasulullah, karena saat itu hanya ada satu induk Guru.

Setelah membaca wirid demikian, doa yang dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ untuk dibaca adalah:

اللهم يا غني يا حميد ، يا مبدىء يا معيد ، يا رحيم يا ودود ، أغنني بحلالك عن حرامك ، وبطاعتك عن معصيتك ، وبفضلك عمن سواك

Ada yang menyebut, doa ini dibaca sebanyak empat kali, ada yang menganjurkan untuk dibaca sampai 70 kali, ada yang tidak membatasinya.

Faedah yang bisa didapat, sebagaimana dikutip dalam kitab Bughiyah al-Mustarsyidin dari Abi ash-Shaif, satu pekan sampai Jumat berikutnya akan mendapat kelapangan rezeki.

Abi Thalib al-Makki juga menyebut demikian dengan menambah akan mendapat rezeki dari sumber yang tak terduga.

Demikian, wirid yang memang banyak dibaca dan sesuai dengan keterangan dari hadits dan para ulama di atas. Akan tetapi, banyak menilai bahwa wirid setelah shalat Jumat tidak jauh berbeda dengan wirid shalat Maktubah lainnya, seperti pembacaan Tasbih, Hamdalah dan Takbir masing-masing 33 kali. Oleh karena itu, ada sebagian imam yang menggabungkan dua model wirid ini.

Jika demikian, sebaiknya bacaan wirid dimulai dengan wirid pertama yang secara khusus menyebut shalat Jum’at, kemudian dilanjutkan dengan wirid shalat Maktubah sebagaimana biasanya.
Di tengah masyarakat, ada pula yang membaca syiir ilahi lastu lil Firdausi ahla…wala aqwa ‘ala naril jahimi, yang disebut dzikir taubat dan ada yang menyebut dzikir munajat. Dzikir ini dianjurkan oleh di antaranya Syekh ‘Abdul Wahhab asy-Sya’rani yang menyebut “Barang siapa yang secara kontinu membaca dua bait ini setelah shalat Jumat, Allah akan mewafatkannya dalam keadaan Islam, tanpa ragu.”

Lengkapnya, dua syiir ( terdapat dalam Nashaihul Ibad ) tersebut  :

إلَهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أهْلًا وَلَا أَقْوَي عَلَي النَارِ الجَحِيْمِ
فَهَبْ ِلي تَوْبَةًوَاغْفِرْ ذُنُوْبِي فَإنَكَ غَافِرُ الذَنْبِ العَظِيمِ

Jika kemudian ingin membaca syiir ini, mestinya tidak dibaca setelah salam, melainkan setelah bacaan wirid khusus di atas. Sebab, syiir ini tidak warid dari Rasulullah ﷺ dan Sahabat melainkan anjuran ‘Ulama.

Mestinya, dalam melakukan hal yang berkaitan dengan agama, kita mendahulukan sumber yang lebih mendekati pada Rasulullah ﷺ atau para sahabat, kemudian anjuran ‘Ulama.

Sebatas masih ada keterangan dari Rasulullah ﷺ, walaupun itu dha’if dalam lingkup dalam Fadha’il al-‘Amal, kita tidak bisa mengabaikannya.

Wallahua’lam.
Read More

Rabu, 13 September 2017

Ini Doa Yang Dipanjatkan Nabi Musa Ketika Dalam Kondisi Sulit

Ini Doa Yang Dipanjatkan Nabi Musa Ketika Dalam Kondisi Sulit


DALAM Al-Quran, Allah menyebutkan beberapa doa yang dipanjatkan Nabi Musa. Doa-doa itu beliau panjatkan dalam setiap kesempatan yang berbeda.

Namun ada satu doa yang sangat menakjubkan, doa yang mengobati sekian banyak kegelisahan yang dialami oleh Musa.

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

“Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku,” (QS. Al-Qashas: 24).

Anda bisa perhatikan surat al-Qashas, Allah menceritakan Musa dari ayat 3 hingga ayat 43. Doa ini diucapkan Musa ketika beliau berada di kondisi serba susah. Diliputi rasa cemas dan ketakutan. Bagi orang awam, keadaan itu mungkin sudah dianggap puncak ujian, seolah tidak ada lagi harapan untuk hidup.

1. Firaun menjajah habis bani Israil

2. Membantai setiap bayi lelaki, dan membiarkan hidup bayi perempuan

3. Firaun membuat lemah setiap sendi kehidupan bani Israil, seolah tidak ada harapan untuk bisa bangkit memperjuangkan kemerdekaannya.

4. Allah perintahkan ibunya Musa untuk melabuhkan anaknya ke sungai.

5. Musa diasuh oleh keluarga Firaun. Musa kecil tumbuh di tengah-tengah calon musuhnya.

6. Setelah besar, Musa melarikan diri dari kerajaan Firaun. Musa membunuh pengikut Firaun ketika berusaha membantu lelaki bani Israil yang rebutan air dengan korban.

7. Musa menjadi ketakutan di kota Mesir, karena telah membunuh pengikut Firaun. Bahkan datang seorang informan, bahwa para pemimpin pasukan Firaun telah bersepakat untuk membunuh Musa.

8. Musa keluar mesir dengan penuh ketakutan, beliau berjalan ke arah Madyan.

9. Di tengah perjalanan beliau menjumpai dua wanita yang mengantri untuk mengambil air untuk ternaknya, namun mereka tidak mampu melakukannya. Kemudian dibantu Musa.

Dikutip dari kisahmuslim.com, saat itulah, Musa merasa sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan. Tapi tiada lagi tempat mengadu, tidak ada keluarga, tidak ada pekerjaan, tidak mungkin kembali ke Mesir dalam waktu dekat. Di saat itulah, Musa merasa sangat butuh pertolongan Tuhannya. Di bawah teduh pepohonan, beliau berdoa,

فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

“Musa memberi minum ternak itu untuk menolong kedua wanita itu, kemudian dia duduk di tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku,” (QS. Al-Qashas: 24).
Read More

Tujuh Pengorbanan Istri Yang Sering Tidak Disadari Suami

Tujuh Pengorbanan Istri Yang Sering Tidak Disadari Suami

Tujuh Pengorbanan Istri Yang Sering Tidak Disadari Suami

“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah,” (HR. Muslim).

WANITA adalah karunia terindah yang ada dan penting di dunia, tapi banyak perjuangan dan pengorbanan wanita tidak di ketahui pria.

1. Ketika suami menikah lagi dan perempuan berusaha menerima (karena alasan ekonomi atau agama atau alasan apapun), ia akan duduk sendiri di setiap malam dalam gelap kamar saat suaminya tengah mendekap mesra seorang perempuan lain di ranjang lain. Ia akan (mungkin) menangis karena terluka, tapi demi anak-anak ia akan berusaha menerimanya dengan sabar.

2. Sebagai isteri ia siap mengorbankan impian-impianny­a demi mengurus suami (yang kadang bersifat kekanak-kanakan­ dan minta diurus) dan anak-anak yang bandel.

3. Ketika suami mencela masakannya, ia akan bersusah payah belajar masak dari siapapun untuk bisa menghidangkan makanan dengan rasa terbaik pada suami dan anak-anaknya.

4. Ia bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jam kerjanya tak berbatas. Ia bangun ketika siapapun di rumah belum bangun, mulai bekerja, memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, lalu mengurus suami sebelum pergi kerja, mengurus anak-anak berangkat sekolah, ketika pakaian kering di jemuran ia akan mengangkatnya dan menyetrika dengan rapi.

5. Kemudian setelah begitu capek mengurus rumah tangga, malam giliran memenuhi ini itu suaminya. Mulianya seorang isteri adalah: tukang masak, tukang cuci, cleaning service, dan penghibur suaminya digabung jadi satu.

6. Ketika suaminya menginginkan punya anak 4, 5, 6 atau 9 orang, ia sebagai isteri harus siap menderita mengandung anak dan bertarung nyawa melahirkannya. Suami kadang tidak terlalu paham penderitaan macam begini karena mereka tidak mengalaminya

7. Meski laki-laki tak paham benar, tapi Allah Maha Mengerti, karena itulah ia memberi reward pada pengorbanan perempuan. Bagi yang meninggal karena melahirkan anak, Tuhan langsung memberinya surga. Bagi isteri yang setia bekerja mengurus rumah tangganya, dengan sabar dan ikhlas, maka silahkanlah ia masuk surga dari pintu mana saja ia suka.

Mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Read More

Senin, 11 September 2017

Gua Hira, Tempat Rasulullah Menyendiri Dan Menerima Wahyu

Gua Hira, Tempat Rasulullah Menyendiri Dan Menerima Wahyu

Gua Hira, Tempat Rasulullah Menyendiri Dan Menerima Wahyu

Gua Hira, Tempat Rasulullah Menyendiri Dan Menerima Wahyu

Gua hira tempat diturunkannya Wahyu Ilahi  kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang. Al-Quran, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak, makna lahir dan makna batin, telah membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia dan celaka. Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi saw kecenderungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan ikhtila’ (menyendiri) di gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kadang sampai sepuluh malam, kadang lebih dari itu, sampai satu bulan. Kemudian beliau kembali ke rumahnya sejenak hanya untuk mengambil bekal baru untuk melanjutkan Ikhtila’-nya di gua Hira’. Demikianlah Nabi saw terus melakukannya sampai turun wahyu kepadanya ketika beliau sedang melakukan ‘uzlah.

Permulaan Wahyu di Gua Hira


Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a. menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata :

“Wahyu pertama diterima oleh Rasulullah saw dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwah (‘uzlah). Beliau melakukan khalwah di gua Hira’ melakukan ibadah selama beberapa malam, kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Demikianlah berulang kali hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam gua Hira’.

Pada suatu hari datanglah Malaikat lalu berkata;“Bacalah“.
Beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca.“
Rasulullah saw menceritakan lebih lanjut;

“Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi; “Bacalah“
Aku menjawab; “Aku tidak dapat membaca“ .
Ia mendekati aku lagi dan mendekapku, sehingga aku merasa tidak berdaya sama sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi; “Bacalah“
Aku menjawab; “Aku tidak dapat membaca.“
Untuk yang ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi; “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan .. menciptakan manusia dari segumpal darah…“ dan seterusnya.
Siti Khadijah menjawab :”Tidak! Bergembiralah! Demi Allah sesungguhnya tidak akan membuat anda kecewa. Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu menolong orang yang susah, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.”

Rasulullah saw segera pulang daam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah lalu berkata; “Selimutilah aku … selimutilah aku ..“ Kemudian beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya.

Setelah itu beliau berkata kepada Khadijah; “Hai Khadijah, tahukah engkau mengapa aku tadi begitu?“ Lalu beliau menceritakan apa yang baru dialaminya.

Selanjutnya beliau berkata: “Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk jin).”

Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah saw pergi menemui Waraqah bin Naufal, salah seroang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang sudah lanjut usia dan telah kehilangan penglihatannya.
Kepadanya Khadijah berkata :

“Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang hendak dikatakan oleh anak- lelaki saudaramu (yakni Muhammad saw)“.

Waraqah bertanya kepada Muhammad saw; “Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan ?“
Rasulullah saw , kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialami di dalam gua Hira’.

Setelah mendengar keterangan Rasulullah saw Waraqah berkata: “Itu adalah Malaikat yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu!”
Rasulullah saw bertanya; “Apakah mereka akan mengusir aku?“

Waraqah menjawab, “Ya. Tak seorangpun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang kaan kamu hadapi itu, psti kamu kubantu sekuat tenagaku.“ Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah saw tidak menerima wahyu.

Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu tersebut terhenti. Ada yang mengatakan tiga tahun, dan ada pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang lebih kuat ialah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa terhentinya wahyu tersebut selama enam bulan.

Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Baihaqi meriwayatkan sebuah riwayat dariJjabir bin Abdillah, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw berbicara tentang terhentinya wahyu.

Beliau berkata kepadaku: “Di saat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika kepala kuangkat , ternyata Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’, kulihat sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang menemui istriku dan kukakatan kepadanya, “

Selimutilah aku, selimutilah aku ….selimutilah aku ….! Sehubungan dengan itu Allah kemudian berfirman : “Hai orang yang berselimut, bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-mu , sucikanlah pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa ….“ (Al-Muddatsir)
Sejak itu wahyu mulai diturunkan secara kontinyu.

Demikian sekilas mengenai Gua Hira, Tempat Rasulullah Menyendiri Dan Menerima Wahyu. Semoga menjadi panutan bagi kita umatnya.
Read More

Minggu, 10 September 2017

Ujian Ciri Manusia Disayang Allah SWT

Ujian Ciri Manusia Disayang Allah SWT

Ujian Ciri Manusia Disayang Allah SWT

UJIAN adalah salah satu bentuk ciri hidup di dunia.Sebab, sejatinya kehidupan di dunia ini hanyalah sementara yang berupa ujian-ujian yang harus dilewati untuk menggapai tujuan hakiki, kenikmatan surgawi

Sejatinya Allah SWT memberikan ujian kepada manusia untuk melihat seberapa besar kemampuan manusia dalam menjalanai dan melewati ujian tersebut. Ibarat sebuah ujian di sekolah, dimana guru memberikan lembar soal ujian yang bertujuan agar siswa mampu memecahkan permasalan lalu hasilnya akan dinilai oleh guru tersebut hingga di akhir semester nilai ujian itu akan terpampang dengan peringkat antar siswa saling berbeda satu sama lainnya, tentunya tergantung dari kemampuan siswa mengisi soal ujian tersebut.

Hal itu pun sama dengan ujian hidup, Allah SWT memberikan ujian kepada manusia untuk mengetahui setiap kemampuan hamba-hamba-Nya dalam memecahkan permasalahan hidup, baik masalah harta, anak, keluarga, tempat kerja, ataupun masalah-masalah lainnya.
Allah SWT berfirman,

” Dan sungguh, Kami benar-benar menguji kalian dengan sedikit dari rasa takut, lapar, krisis moneter, krisis jiwa dan krisis buah-buahan.Sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Innalilahi wa ina ilaihi rajiun (Kami milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kami akan kembali)’. Mereka lah orang-orang yang mendapatkan keberkahan dan kasih sayang dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk,” (QS. Al Baqarah:155-157).
Bahkan Nabi SAW bersabda:

“Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,” (HR. At Tirmidzi).

Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil pelajaran apabila kita ditimpa musibah atau ujian hidup:

1. Berdasarkan hadits Nabi SAW diatas yang berbunyi, “…Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. .

”Maka hal ini menandakan bahwa setiap ujian manusia terima adalah sebagai wujud kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Logikanya, seseorang yang menyanyangi orang lain itu akan sering memperhatikan orang yang disayanginya, pun dengan Allah kepada hamba-Nya, dengan datangnya ujian berarti Allah sedang memperhatikan diri kita dan bentuk perhatian inilah sebagai salah satu ciri bahwa Allah sayang dan cinta kepada hamba-Nya yang ditimpa musibah.

2. Dengan adanya ujian hidup membuat diri kita semakin bersabar. Sebagaimana dalam firman Allah SWT :

“Adakah kalian mau bersabar?”,(QS. Al Furqon : 20).
Artinya bahwa Allah memberikan ujian itu ingin melatih kebiasaan kita agar belajar bersabar. Logikanya, dengan seringnya datang ujian meski awalnya sulit namun karena sudah terbiasa maka seiring berjalannya waktu kesulitan itu kan sirnah bahkan kita pun akan terbiasa menyelesaikan ujian-ujian yang datang kepada diri kita. Sehingga tentunya Allah membuat ujian hidup semata-mata ingin menaikan derajat hamba-Nya agar mencapai derajat sabar.

3. Melatih kita untuk belajar bersyukur. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT :

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
 (QS. Ibrahim [14]: 7). 


Beginilah Cara Menyikapi Ujian dan Cobaan Hidup

Dalam hidup pasti ada cobaan dan ujian yang selalu datang menghampiri kita. Namun, bentuk cobaan itu datang dengan cara yang berbeda-beda. Kebanyakan dari kita biasanya menganggap segala bentuk cobaan itu berbentuk musibah saja.

Tapi sebenarnya kenikmatan dan rizki juga merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk cobaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah juga berfirman dalam sebuah ayat,

"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." [QS. Al-Anbya ayat 35]

Allah telah menegaskan kepada kita semua bahwa sesungguhnya ujian dan cobaan itu tidak hanya seputar hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan saja, justru kesenangan dan nikmat juga merupakan sebuah ujian yang tentu saja harus kita renungkan bersama.
Lalu bagaimana cara kita menyikapi berbagai macam bentuk ujian hidup

Menyikapi Nikmat Sebagai Cobaan Hidup

Terkadang saat kita diberi nikmat oleh Allah, kita akan merasa sangat senang dan gembira. Kemudian kita menganggap bahwa Allah telah memuliakan kita dengan melapangkan rizki kita. Lalu, mari kita renungkan ayat berikut ini,

"Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: 'Rabbku telah memuliakanku.' Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: 'Rabbku menghinakanku.' Sekali-kali tidak (demikian)." [QS. Al-Fajr ayat 15-17]

Ayat diatas adalah sebagai pelajaran bagi kita, karena kebanyakan dari kita akan merasa sombong dan lalai ketika kita diberi nikmat oleh Allah. Padahal Allah sendiri mengatakan bahwa Dia juga menguji hamba-Nya dengan nikmat yang Dia berikan.

Ujian kenikmatan adalah ujian yang paling berat jika dibandingkan dengan ujian dalam bentuk musibah. Karena, ujian ini dapat melalaikan kita dan cenderung membuat kita sombong dan bahkan dapat menjadikan kita menjadi seorang yang kufur terhadap nikmat-Nya jika kita tidak bersyukur.

Sehingga, sikap terbaik ketika mendapat nikmat dari Allah SWT adalah dengan cara mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Karena kita sebagai manusia memang dituntut untuk bersyukur terhadap segala sesuatu yang Allah berikan kepada kita.

Ada banyak cara untuk bersyukur kepada Allah, salah satu yang paling mudah dilakukan adalah dengan cara meyakini bahwa nikmat yang diterima semata-mata pemberian Allah dan tidak menisbatkan kenikmatan itu kepada kepintaran, kekuatan, keberanian, dan sebagainya yang membuat diri kita sombong dan malah merendahkan orang lain.

Kita dapat membandingkan bagaimana cara menyikapi nikmat yang Allah berikan kepada dua orang ini. Orang pertama yaitu Nabi Sulaiman, ketika singgasana Ratu Balqis bisa didatangkan di hadapannya dalam tempo sekejap, maka beliau berkata:

"Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)." [QS. An-Naml ayat 40]

Inilah sikap yang harus dilakukan oleh orang mukmin, lalu mari kita bandingkan dengan sikap dan ucapan Qarun yang menyombongkan kemampuannya, seperti yang Allah kisahkan:
"Qarun berkata: 'Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku'." [QS. Al-Qashash ayat 78]

Karena kesombongannyalah akhirnya Allah membinasakan Qarun dan tanah menelannya bersama dengan harta benda miliknya hanya dalam waktu semalam. Inilah salah satu bukti azab dari Allah untuk orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya. Namun, meskipun Qarun sudah binasa beribu-ribu tahun yang lalu, namun sifatnya masih ada hingga sekarang.

Untuk itu, ketika mendapatkan nikmat, hendaknya kita selalu mensyukuri nikmat Allah tersebut, jangan menisbatkan nikmat yang kita peroleh itu kepada kekuatan, kepintaran, keberaniannya, dan semisalnya yang menjadikan kita sombong dan ingkar kepada nikmat Allah.

Selain itu, pergunakanlah nikmat yang kita peroleh untuk melakukan amal-amal shaleh yang lainnya seperti jika kita diberikan harta dan rizki yang melimpah, maka kita gunakan untuk beramal, membantu orang lain yang membutuhkan, berzakat, dan lain sebagainya. Dan apabila kita mendapatkan nikmat berupa kesehatan maka pergunakanlah nikmat tersebut untuk menjadi lebih taat kepada apa yang Allah perintahkan kepada kita.

Menyikapi Cobaan Berupa Musibah

Salah satu dari bentuk cobaan ialah musibah. Namun perlu diketahui bahwa setiap musibah itu datang atas kehendak dan seizin dari Allah SWT, dan Allah mengatakan bahwa barangsiapa yang bersabar menghadapinya maka Allah akan memberikannya balasan berupa kebaikan. Allah berfirman,

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. At-Taghabun ayat 11]

Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita kala menghadapi cobaan? ketika menghadapi sebuah musibah, sebaiknya kita lebih banyak bersabar dan tabah dalam menghadapinya. Kita juga harus meyakini bahwa setiap cobaan yang datang itu atas kehendak dari Allah SWT, kita hanya bisa pasrah dalam menjalaninya dengan meyakini bahwa disetiap cobaan tersebut pasti akan ada hikmah yang baik untuk kita.

Adapun kita juga harus menganggap sebuah musibah sebagai nikmat karena musibah yang menimpa seorang mukmin adakalanya sebagai penghapus dosa yang dilakukannya, atau untuk meninggikan derajatnya, atau sebagai cambuk peringatan agar dia kembali ke jalan Allah.

Kesimpulan

"Di antara tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan adalah, apabila ilmu seseorang bertambah maka ia semakin tawadhu’ dan pengasih. Bila amalnya bertambah maka ketakutan dan kewaspadaannya juga bertambah. Jika umurnya bertambah maka makin berkurang sifat tamaknya. Setiap kali bertambah hartanya maka makin dermawan dan makin tinggi kesungguhannya dalam berinfak. Semakin tinggi posisinya maka ia semakin dekat dengan banyak orang, memenuhi hajat mereka dan bersikap rendah hati terhadap manusia."

"Sementara, tanda-tanda kesengsaraan seseorang adalah, apabila ilmunya bertambah maka ia semakin sombong dan sesat, setiap kali amalnya bertambah maka ia semakin bangga dan meremehkan orang lain, semakin tambah usianya maka ia semakin tamak, semakin banyak hartanya maka ia semakin kikir dan bakhil, setiap kali naik jabatannya maka semakin sombong ia dan makin sesat."

Karena sejatinya kenikmatan adalah cobaan dari Allah yang akan memperlihatkan rasa syukur atau kufur. Sama halnya dengan musibah, dia juga datang dari Allah untuk memperlihatkan kesabaran atau kemarahan. Sehingga kenikmatan dan kelapangan adalah ujian yang harus di sikapi dengan rasa syukur. Sedangkan cobaan dan musibah juga merupakan ujian yang harus di sikapi dengan kesabaran.
Itulah sikap seorang mukmin ketika menghadapi cobaan dan ujian hidup. Semoga menjadi bahan renungan untuk kita semua, aamiin.

Lulus Ujian Akhir? Bidadari Surga Menantimu



Hidup penuh ujian. Allah SWT berfirman bahwa Ia memberi ujian agar mengetahui siapakah yang terbaik amalnya. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagimu, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka terbaik perbuatannya. (QS. al-Kahfi: 17)

Sesungguhnya ritme ujian hidup tak ubahnya seperti ujian akhir yang dihadapi para mahasiswa. Sebelum ujian tiba, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan reguler dengan tekun dan menyimak apa yang diajarkan dosen agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan lulus ujian. Mahasiswa yang terbaik persiapan belajarnya, maka niscaya akan mampu menghadapi ujian itu dengan baik pula. Suka atau tidak, mahasiswa harus menghadapinya, sehingga wajib baginya untuk menyiapkan perbekalannya, sebelum, menjelang, saat dan sesudah ujian. Demikian pula seorang muslim, ia harus menyiapkan bekal untuk menghadapi ujian hidup agar sukses memasuki surga.

Sebelum Ujian Tiba Setidaknya ada 5 hal yang harus disiapkan seorang muslim sebelum menghadapi ujian hidupnya, yaitu :


1. Kenali sang pemberi ujian, Allah SWT. Sebagai mahasiswa, kita harus mengenali tipe dosen yang mengajar dan mengetahui cara mengajarnya, pun dalam memberikan nilai. Apa yang dinilai dan bagaimana ia menilai. Seorang dosen tentu memiliki bobot penilaian sekian persen untuk nilai uts, uas, kehadiran, quiz dan tugas. Allah SWT memiliki 99 asmaul husna. Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu). (HR. Bukhari). Ia Maha Pengasih dan Penyayang, tetapi jangan lupa, Ia juga Maha Keras Siksanya.

2. Simak apa yang diajarkan sang pemberi ujian Dosen biasanya memberi kisi-kisi ketika mendekati ujian, bahkan jauh hari, saat tengah mengajar, dengan kata-katanya, Catat ini, karena biasanya akan keluar dalam soal ujian. Kisi-kisi ujian itu difirmankan Allah SWT, Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dan sedikit ketakutan, penyakit, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar . (QS. Al Baqarah : 153 )

3. Banyak latihan Mahasiswa harus berlatih dengan mengerjakan soal-soal dan banyak membaca. Ini akan memudahkan ketika menghadapi ujian. Seorang muslim pun demikian, ia harus menempa dirinya dengan ibadah harian, dan tidak memanjakan diri dengan kesenangan duniawi. Orang beriman, mereka telah dilatih oleh-Nya untuk hanya bergantung pada-Nya melalui shalat, doa dan zikir. Mereka dilatih untuk hidup Zuhud (dunia ditangannya namun tidak di hati) melalui zakat, infaq dan shodaqoh. Mereka dilatih untuk bersabar, menahan hawa nafsu melalui puasa. Mereka dilatih untuk bersatu antar sesamanya, kaum mu'minin, melalui haji. Semua itu adalah bekal untuk mempersiapkan pejuang sejati.

4. Jangan absen untuk menghadap-Nya. Mahasiswa absen lebih dari 4 kali di kelas? Dapat dipastikan, tidak akan bisa mengikuti ujian akhir. Shalat wajib Anda tinggalkan? Maka kesempatan untuk berkompetisi hilang sudah. Shalat adalah tiang agama. Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. Annasa'i dan Attirmidzi)

5. Kerjakan tugas-tugas dari Allah SWT. Dosen memberi tugas? Kerjakan, karena jika tidak, kita tidak akan bisa mendapat nilai A. Apa yang ditugaskan Allah SWT pada kita? Dan hendaklah ada diantara kamu orang-orang yang mengajak kepada kebaikan, dan menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104) Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. (QS. An-Naml : 120)

6. Bertanya jika ada yang tidak diketahui. Mahasiswa belajar sendiri, mungkin bisa saja dilakukan, namun belum tentu sempurna hasilnya karena terkadang ada catatan yang tak lengkap atau ada ilmu yang diketahui teman, tetapi tak diketahui oleh kita. Bertanya, adalah kunci pembuka ilmu. Seorang muslim dapat saja belajar sendiri dengan membaca buku-buku Islam, tetapi ia tetap harus bertanya pada teman yang lebih paham ataupun kepada para ulama.  Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.(QS.16 : 43)

Menjelang Ujian Waktu ujian tengah semester maupun akhir semester, telah ditetapkan waktunya. Dalam hidup, tidak bisa tidak, cepat atau lambat, ujian pasti terjadi. Ada 4 hal yang harus dipersiapkan ketika ujian semakin dekat, yaitu :

1. Persiapkan ilmu, analisa ujian Analisa ujian yang dihadapi, jangan reaktif. Siapkan jurus-jurus untuk menghadapi ujian, karena setiap soal berbeda bobotnya. Bekal ilmu untuk menghadapi ujian hidup, sangat penting. Dengan ilmu, kita dapat mengetahui mana jalan yang diridhai-Nya dan mana yang tidak. Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Athabrani).

2. Belajar dari soal-soal sebelumnya Mahasiswa harus rajin mencari foto kopi soal di semester sebelumnya, karena soal ujian biasanya mirip. Pelajarilah ujian yang dihadapi para nabi, ambil hikmah dari setiap ujian. Bagaimana ending penderitaan yang dialami para nabi? Semuanya ada di dalam Al Qur'an. Apakah kamu mengira akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (ujian) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kami. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, diguncang (dengan berbagai cobaan). Sehingga Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (QS. Al-Baqarah: 214)

3. Belajar dari buku wajib dan buku tambahan Ada buku wajib kampus dan buku tambahan. Buku wajib seorang muslim adalah Al Qur'an dan Hadits. Dan untuk buku tambahan adalah buku-buku Islam kontemporer agar wawasan bertambah. Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah saw. (HR. Muslim).

4. Berdoa Berdoalah kepada Allah SWT semoga Ia memudahkan dalam mengerjakan soal-soal ujian. Senjata orang-orang beriman adalah doa. Doa adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya la)

Saat Ujian 1. Hadapi dengan tenang dan sabar. Saat memasuki ruang ujian, hadapilah dengan tenang dan sabar, jangan tergesa-gesa. Pun di dalam menghadapi ujian hidup, wajib sabar ketika ujian itu datang. Rasulullah SAW bersabda, Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula tertimpa musibah. (HR. Al Bukhari)

2. Konsentrasi pada soal ujian, jangan curang. Soal telah dibagikan. Konsentrasilah pada soal ujian dan jangan coba-coba menyontek! Saat ujian datang, seorang muslim jangan justru lari dari-Nya dengan cara bermaksiat kepada-Nya. Berapa banyak kita saksikan manusia yang ditimpa ujian dan cobaan, bukannya mendekat kepada-Nya, tetapi justru bermaksiat dengan lari dari jalan da'wah ataupun memisahkan diri dari barisan. syaghalatna amwaluna waahluna : kami telah dilalaikan oleh harta dan keluarga (QS. 48:11)

3. Selesaikan yang mudah dahulu. Menghadapi ujian dari dosen, membutuhkan strategi, jangan mengerjakan soal-soal yang sulit dahulu, tetapi kerjakan yang mudah. Jangan memasuki bidang ujian yang kita tidak mampu memasukinya. Rasulullah SAW bersabda, Tidak semestinya seorang muslim menghina dirinya. Para sahabat bertanya, Bagaimana menghina dirinya itu, ya Rasulullah? Nabi saw menjawab, Melibatkan diri dalam ujian dan cobaan yang dia tak tahan menderitanya.(HR. Ahmad dan Attirmidzi)

4. Jangan mengeluh bila soalnya sulit. Ujian kita sangat sulit? Jangan mengeluh. Karena percuma saja, toh ujian tak akan selesai dengan keluhan. Seorang muslim janganlah sampai mengeluh ketika ujian menimpa, karena Rasulullah SAW bersabda, Ada 3 hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan). (HR. Athabrani).

Sesudah Ujian

1. Evaluasi Apakah ujian itu dapat kita lalui dengan baik? Ucapkan hamdalah bila berhasil melaluinya. Seorang muslim ketika telah melewati ujian berupa penderitaan dan kesedihan, hendaknya tetap istiqomah di jalan-Nya. Dari Abu Hurairah ra katanya, sabda Rasulullah saw, Tidak disengat seseorang mukmin itu dua kali dalam satu lubang.

2. Ambil hikmahnya. Ada hikmah di setiap kejadian. Karena khasanah kebaikan kembali kepada-Nya. Bahkan ketika tertusuk duri, ada hikmahnya. Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Al Bukhari)

3. Bersiap menghadapi ujian selanjutnya. Ujian mahasiswa tentu tidak hanya satu mata kuliah, tetapi ada beberapa macam. Selama hayat masih dikandung badan, maka bersiaplah menghadapi ujian-ujian yang beraneka ragam bentuknya. Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan saja mengatakan kami beriman sedang mereka tidak di uji lagi  (QS. Al Ankaabut: 2-3)

Untuk Apa Ujian Itu?

Untuk apakah ujian itu Allah SWT berikan kepada hamba-hamba- Nya? Ujian adalah sunnatullah dari Allah untuk memisahkan orang-orang munafik dari barisan orang-orang beriman, memisahkan antara loyang dengan emas. Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran) . Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).(HR. Athabrani)

Ujian adalah tarbiyah dari Allah untuk meningkatkan derajat hamba-Nya, sebagai wujud kasih sayang-Nya. Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR. Athabrani).

Ujian adalah sunntullah untuk orang-orang yang berada di jalan Al Haq. Jika kita tidak merasakan adanya ujian yang berat, maka patut dipertanyakan apakah jalan yang kita lalui adalah jalan yang benar. Saad bin Abi Waqqash berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah saw, Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya Nabi saw menjawab, Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seroang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Al Bukhari)

Dalam menghadapi ujian, seorang mu'min harus selalu berprasangka baik kepada Tuhannya. Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Attirmidzi).

Allah SWT menghibur orang-orang beriman dalam menghadapi ujian dengan firman-Nya, Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya) , jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. 3 : 139).

Penutup Ujian hidup tidak selamanya berbentuk penderitaan dan kesedihan hati, tetapi bisa juga dalam bentuk kenikmatan dan kesenangan. Bila ujian itu dalam bentuk kesenangan, apakah sang hamba dapat bersyukur? Bila dalam penderitaan, apakah sang hamba bersabar? Syukur dan sabar adalah keistimewaan orang-orang yang beriman, yang dikagumi oleh sang nabi.

Surga memiliki kriteria (muwashofat) untuk orang-orang yang akan memasukinya. Nilai A, B, C, D, atau E, adalah hak prerogatif Allah SWT. Tugas manusia adalah berdoa, berikhtiar dan bersabar. Dan tentu saja, untuk mengetahui apakah kita benar-benar lulus atau tidak, jawabannya ada di hari akhir nanti.

Lulus ujian, akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya dan tiada lain balasannya adalah ridha-Nya, surga-Nya, dan bidarari yang bermata jeli. Allah SWT berfirman, Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. Al Waqiah : 22-23). Bidadari menantimu. Selamat ujian.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
                                                                                                                             


Read More

Renungan Tentang Ujian Tuhan Kepada Manusia

Renungan Tentang Ujian Tuhan Kepada Manusia

Ujian Tuhan Kepada Manusia
'
Ada kutipan ayat menarik terkait dengan bahasan tentang ujian dari Sang Pencipta untuk membangun jiwa dan kesadaran kerohanian yang utuh. Kutipan tersebut berbunyi "That which has been is that which will be, And that which has been done is that which will be done. So, there is nothing new under the sun ", terdapat dalam al kitab Bibel King James Version, bagian Ecclesiastes 1:9.

Sebuah ayat yang mengisyaratkan bahwa apa yang telah terjadi akan terjadi, dan apa yang dulu pernah terselesaikan akan terselesaikan juga. 

Ayat itu menjadi semacam motivasi bagi umat Nasrani, bahwa segala yang ada di dunia ini telah pernah ada. Oleh sebab itu segala bentuk ujian dan kesulitan hidup merupakan perkara yang telah di alami oleh umat terdahulu. Dan pasti akan berlalu.

Hal serupa juga termaktub dalam Al-Quran, Allah berfirman : " “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214).

Terlepas dari segala perbedaan yang ada, dua agama besar (Nasrani dan Islam) ini, kiranya mengajarkan kebaikan yang serupa.

Adalah benar jika semua agama tidaklah sama dan hanya satu yang benar. Namun juga benar bahwa semua agama mengajarkan kebaikan kepada manusia dan umatnya secara inklusif.

Eksklusifitas yang dibuat manusia dalam beragama bisa menghancurkan diri mereka sendiri. Menganggap bahwa agama kita yang paling benar itu sah sah saja. Namun memaksakan kehendak agar mengikuti agama sendiri itulah yang keliru.

Karena tidak ada paksaan dalam beragama apalagi saling menghina. Allah mengingatkan kita dalam firman Nya:

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka."(QS. Al-An'am 108).

Terkait dengan ujian yang diberikan Tuhan kepada manusia, Dia memberikan dengan standar Cinta Ilahi yang terkadang sulit untuk dirasionalkan. Karena memang demikianlah pemahaman kita sebagai manusia yang sangatlah dangkal dibandingkan ilmu Nya.

Kita sebagai manusia dan hambaNya akan diuji jika Dia cinta kepada kita dan kita pun mengaku cinta kepada Nya.

Ibn Arabi pernah berkata, "Ujian takkan muncul kecuali bagi mereka yang mengaku cinta kepada Allah Swt. Siapa saja yang tak mengaku cinta kepadaNya, ia tak akan diuji untuk membuktikan ketulusan pengakuan cintanya. Jadi, jika tak ada pernyataan cinta, tak akan datang ujian kepadanya.

Ketika Allah mencintai hambaNya yang mencintaiNya, maka Allah memberikan cintaNya kepada mereka tanpa mereka ketahui. Tiba tiba saja mereka menemukan rasa cinta kepadaNya dalam diri mereka. Kalau sudah begitu, mereka membuat pernyataan bahwa mereka mencintai Allah. Makanya, Allah kemudian menguji mereka lantaran pengakuan yang mereka buat itu.

Tapi sebenarnya, mereka juga diberi kenikmatan oleh Allah. Karena nyatanya mereka menjadi para kekasihNya. Kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka adalah bukti CintaNya kepada mereka. Sedangkan ketika Allah memberikan ujian kepada mereka, itu karena mereka mengaku cinta kepadaNya. Oleh karenanya, Allah akan menguji siapa saja di antara para makhlukNya yang menyatakan cinta kepadaNya."


Read More

Antara Semangat, Usaha, Dan Takdir

Antara Semangat, Usaha, Dan Takdir

Antara Semangat, Usaha, Dan Takdir

Manusia adalah makhluk yang unik. Unik karena orientasi manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi kehidupan yang sangat luas.

Sejak kita lahir ke dunia, ada berbagai tanda tanya yang hinggap dalam akal dan pikiran kita. Tentang siapa dan apa diri kita lalu bagaimana kehidupan kita, dan yang paling fundamental adalah mengapa. Sebuah pertanyaan yang akan membawa kita pada konsep dan pemahaman lebih lanjut tentang kehidupan.

Akan tetapi, jika pertanyaan-pertanyaan itu hanya sebatas pemikiran dan konsep tanpa disertai implementasi dalam bentuk tindakan, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari kehidupan ini.

Jika pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sampai pada konsep pemikiran, maka kita hanya akan mendapatkan "semangat", dan bisa jadi kita akan kehilangan takdir kehidupan itu sendiri.

Ingat, kita hidup di dunia ini dalam naungan dogma-dogma kebaikan (baca agama) yang dalam hal ini adalah syariat Islam. Islam selain sebagai dogma juga sebagai sarana. Sarana yang akan membantu manusia dalam memahami dunia.

Berbagai persoalan mulai dari yang fundamental, krusial, sampai hal sepele sekalipun di atur dengan bijak dalam konsep dan ajaran Islam. Salah satunya tentang motivasi (semangat), usaha, dan bagaimana menjemput takdir.

Kita semua tahu, bahwa tidak ada jaminan kesuksesan di dunia ini. Karena segala yang akan kita dapatkan nanti adalah refleksi dari apa yang kita lakukan hari ini. Dan siapapun yang masih memilih menggunakan nurani dan logika, pasti setuju akan pernyataan tersebut.

Islam senantiasa mengingatkan umatnya agar jangan pernah kehilangan motivasi dan semangat serta harapan dalam hidup. Jika kita dengan sengaja menghilangkan harapan dan semangat hidup, maka itu berarti kita telah mendzolimi diri kita dengan tangan kita sendiri. Bukankah Islam sangat keras terhadap orang-orang yang berbuat dzolim?

Lebih jauh lagi, Islam mengajarkan kita untuk senantiasa berusaha melakukan sesuatu untuk mencapai apa yang kita impikan. Saya akan mengutip pernyataan dalam Alquran terkait dengan hal ini, Firman Allah dalam surat ar ra'd  ayat 11 :

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang akan mengubahnya.

Inilah konsep usaha (ikhtiar) yang benar dalam Islam. Kita tidak akan menjadi manusia sukses jika perilaku dan tindakan kita saja tidak merefleksikan kesuksesan itu sendiri. Kapan kita akan mendapatkan keberhasilan jika bermalas-malasan masih saja menjadi kebiasaan kita dalam mengisi hidup?

Lalu dimana letak takdir? Mungkin sebagian kita akan bertanya seperti itu...Jika setiap hasil yang kita dapatkan adalah wujud dari apa yang kita lakukan, lalu dimana letak takdir dalam Islam?

Jawabannya, takdir ada disetiap ujung usaha kita. Allah itu Maha adil, dan keadilan yang Dia berikan sifatnya proporsional. "Sesuatu yang menurut kita baik belum tentu baik bagi kita, dan sesuatu yang menurut kita buruk, belum tentu buruk bagi kita.

Artinya, meski takdir itu sifatnya adalah hak prerogatifnya Allah, tapi Dia melimpahkan kepada hamba Nya dengan konsep keadilan yang matang. Konsep keadilan Tuhan adalah ilmu yang sulit dicerna jika kita hanya menggunakan rasionalitas semata. Bukankah ilmu yang kita miliki hanyalah setetes air ditengah samudera yang maha luas?

Intinya, setiap motivasi yang kita bangun, usaha (ikhtiar) yang kita lakukan harus diakhiri dengan tawakkal, yaitu menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Khalik. Biarkanlah Dia yang mengeksekusi setiap usaha yang kita lakukan.


Read More

Sabtu, 09 September 2017

Belajar Menjadi Wanita Solehah

Belajar Menjadi Wanita Solehah

Belajar Menjadi Wanita Solehah

Rasulullah Saw. bersabda : Dunia ini adalah perhiasan,dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. (HR. Muslim).

Wanita solehah selalu menjaga pandangannya
Senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Make Up-Nya basuhan air wudhu saat shalat tiba
Lipstiknya Dzikir memuji keagungan tuhannya
jika muslimah menghiasi dirinya dengan taQwa
Akan Terpancar cahaya keshaliahan dalam dirinya
Wanita solelah selalu menjaga imannya
karna iman adalah kekayaan termahalnya


Dia juga benar-benar menjaga kata-kata-Nya
Tidak ada dalam sejarah Centil menjadi sifatnya
Apalagi Jingkarak2 dan menjerit2 saat bahagia

Wanita Solehah selalu menjaga Tutur katanya
Agar bernilai bagaikan untaian intan yg penuh makna
dia sadar bahwa kemuliaan itu adalah menjaga dirinya ( Iffah )

Wanita Solehah itu selalu murah senyum
karena senyum itu sendiri adalah shadaqah
Namun, tentu saja senyumnya proporsional
Tidak setiap laki-laki diberikan senyuman manis
Intinya, senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas
dan tidak menimbulkan fitnah bagi siapa saja

Wanita shalihah juga harus pintar dalam bergaul
Dengan pergaulan itu ilmunya akan terus bertambah
sebab ia akan selalu mengambil hikmah dari orang yang ia temui.
Dia juga sangat baik dalam menjaga muamalah kepada allah dan manusia

Wanita Solehah juga selalu menjaga akhlaknya.
Seperti rasa malu yg menjadi ukuran imannya

Segala tutur kata dan perbuatannya
Tidak akan menyimpang dari bimbingan Al Quran dan As Sunnah.
Dan tentu saja godaan setan bagi dirinya Sangat kuat.
Jika demikian maka kualitas imannya berkurang.
Semakin kurang iman seseorang, maka makin kurang rasa malunya.
Semakin kurang rasa malunya, maka makin buruk kualitas akhlaknya.

Prinsip Wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rambu2 kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yg dimilikinya
Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya
agar tidak menjadi fitnah bagi Siapa saja

Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai
Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi
sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri

Wanita Solehah selalu Bersyukur atas sega anugrah Allah SWT
seperti Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya
Dia tidak akan pernah merasa sakit hati dan kecewa
Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat.
Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya.

Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya
akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia polos
tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya tetap terpancar
dan menyejukan hati tiap-tiap orang di sekitarnya.

Karena ia yakin betul bahwa Allah tidak akan pernah meleset
memberikan karunia kepada hamba-Nya.
Makin ia menjaga kehormatan diri dan keluarganya,
maka Allah akan memberikan karunia terbaik baginya di dunia dan di akhirat.

Jika ingin menjadi wanita shalihah
maka perbanyaklah belajar dari lingkungan sekitar
dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka
Bisa juga mencontoh istri-istri Rasulullah Saw.
Seperti Siti Aisyah yang terkenal dengan kecerdasannya
dalam berbagai bidang ilmu.

Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya.
Seorang istri seperti beliau adalah seorang istri
yang bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Bisa jadi wanita shalihah itu muncul dari sebab keturunan.
Bila kita melihat seorang pelajar yang baik akhlaknya
dan tutur katanya senantiasa sopan, maka dalam bayangan kita
tergambar diri seorang ibu yg mendidik anaknya menjadi manusia yang berakhlak.

Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah muncul tanpa sebuah proses yang memakan waktu.
Sperti keturunan,pola pendidikan,lingkungan, keteladanan dan lain-lain.
Apa yang nampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Jika para wanita muda mampu menjaga diri dan akhlaknya
Cahaya keshalihahan wanita mukminah akan menjadi penyejuk jiwa
sekaligus peneguh hati bagi orang-orang beriman.

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga
dan bahkan negara. Kita pernah mendengar kisah
bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses
ada seorang wanita yang sangat hebat.

Jadi tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat
atau tiang yang rapuh?

Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus
Belajar menjadi wanita shalihah.
Read More

Jumat, 08 September 2017

Auratmu, nasibmu... (renungan untuk wanita muslimah)

Auratmu, nasibmu... (renungan untuk wanita muslimah)


Auratmu, nasibmu... (renungan untuk wanita muslimah)

Setiap kita pergi, kemanapun, kapanpun khususnya di Indonesia, kita sudah tak asing lagi dengan yang heterogenitas manusia. Pria dan wanita, keduanya selalu memadati visual kita dimanapun kita berada. Namun sadarkah kita, bahwa mayoritas dari mereka adalah pemeluk agama Islam? Indoensia adalah salah satu Negara yang penduduknya mayoritas Islam.

Dalam Islam, segala hal berbau duniawi itu bertumpu pada niatan ukhrowi. Artinya segala tindak tanduk manusia saat ini tidak lain dipersiapkan untuk masa depan kelak, bukan menginjak umur 40 sampai 50 tahunan, tapi hari dimana manusia akan dibangkitkan kembali setelah kematian. Ya, akhirat. Baik pria maupun wanita, pada dasarnya semua memiliki hak dan kewajiban yang sama, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Terkhusus untuk para (orang yang mengaku) muslimah di Indonesia, perkara “menutup aurat” adalah perintah yang sentral untuk dilakukan. Mengapa demikian, karena awal mula akhlaq wanita bisa dinilai baik (karimah) itu dimulai dari hijab yang ia kenakan. Sudah menjadi fenomena tersendiri yang asik untuk dibahas mengenai hijab ini, namun nampaknya masih sekedar hingar bingar dunia maya yang entah kemana akhirnya.

Mungkin sebagian orang bertanya, kenapa saya yang notabene lelaki ini menulis tentang kewajiban untuk perempuan? Jawabannya silahkan simpulkan sendiri setelah membacanya. Tulisan ini saya rangkum dari beberapa sumber di dunia maya, wawancara di dunia nyata, juga investigasi pengalaman pribadi. Oleh karena itu, kelak informasi, kritik, dan saran saya sangat nantikan.

Oke, kita lanjut…
Pernah suatu ketika, sekitar 2 tahun yang lalu dalam perjalanan dari Cianjur ke Jakarta untuk menghadiri satu acara, saya duduk di dalam bis dengan seorang wanita. Cantik. Namun wanginya itu loh, memabukkan. Saya langsung berfikir, parfum apa yang digunakan wanita ini sampai tercium menyengat sekali. Mending saya mencium bau ketek aja daripada terus merasakan aroma yang merusak syaraf penciuman ini, ya ampun.

Selama perjalanan, saya tak sengaja melihat dia sedang memegang al-Quran sambil berkata pelan – yang mungkin dia sedang menghafal – subhanalloh ya, di bis masih saja ada yang sempat menghafal Quran. Saya terperangah dan malu melihatnya. Namun ada hal yang mengganjal pikiranku saat itu, ia tak berkerudung…!!

Beberapa saat kemudian, saya iseng-iseng Tanya wanita tersebut mengenai apa yang dibacanya. Dan tahukah kalian, bahwa saya sontak kaget dengan apa yang saya lihat pertama kali ia menghadap ke wajahku. Sesuatu yang berbinar menggantung di lehernya dan ternyata di kalungnya ada tanda salib.
Setelah melalui percakapan panjang, jarak Cianjur – Jakarta pun seperti dekat. Disanalah pertemuan dan perpisahan yang mengesankan bagiku.

Novi Andriyani Situmorang. Kalau gak salah itu namanya. Ia seorang Kristen. Umurnya saat itu (tahun 2011 sudah 24). Sebuah perasaan kaget ketika mendengar apa yang ia katakana bahwa ia adalah seorang katolik. Namun yang mengesankan adalah pengakuannya yang menyatakan bahwa Quran itu sebuah mukjizat yang memang benar-benar ciptaan tuhan, bukan buatan manusia.

Di salah satu percakapan, ia sangat menyayangkan dengan perilaku wanita muslim yang ada di Indonesia khususnya. Ia tahu bahwa dalam Islam telah diatur etika dalam bergaul yakni berhijab. Novi ini menceritakan dengan sangat asik dan santai mengenai wanita dan hijabnya.

Saking terkesimanya, saya langsung keceplosan dan bertanya, kenapa Novi ga coba aja pake kerudung? Dan ternyata Novi bukan ga mau, ia hanya masih takut akan ayahnya yang menjadi pendeta saat itu. Tapi ia pernah sekali-kali mencoba kerudung temannya dan menggunakannya walau hanya di kosan saja. Dan ia sangat menikmatinya.

Intinya, kalo orang kafir aja enjoy ama kerudung, lah kalian wanita muslim kenapa malah ga dipake? Kenapa kerudung hanya pas buat sholat aja??

Banyak dari wanita muslimah yang belum mau (atau tidak mau?!) menutup aurat dan beralasan: “Allah belum memberiku hidayah. Do’akan aku agar segera mendapat hidayah.” Ya ampun, statemen macam apa ini? Mereka telah TERPEROSOK ke dalam kesalahan yang NYATA.

Bagaimana engkau TAHU bahwa Allah belum memberimu hidayah? Emangnya kau pernah melihat ke dalam kitab yang tersembunyi (al-Lauhul Mahfuzh)? Bahwa dirimu telah ditulis sebagai orang yang belum atau tidak mendapatkan hidayah, dan dirimu telah tertulis sebagai orang yang celaka dan bakal masuk neraka? 

Terus, apakah engkau ingin mengatakan bahwa dirimu telah diberitahu oleh orang lain atau makhluk lain? Bahwa dirimu tidak termasuk wanita yang mendapatkan hidayah? Lalu, bagaimana engkau bisa mengetahui bahwa Allah belum memberimu hidayah?

Saya punya quiz, berapa skor kalian yang menggambarkan seberapa banyak dilihat para pria dalam sehari dengan penampakkan yang mempertontonkan aurat yang tak hanya rambut mu itu aja? Dengan SATU perintah Allah yang ENGGAN kau taati?

1.       Coba yang pertama, ketika kalian keluar rumah tanpa berjilbab, ada berapa orang yang bukan mahram yang lewat di depan rumahmu dan melihat dirimu “memamerkan” aurat?
2.       Ketika berada di jalan menuju ke pasar atau kemana pun tujuanmu, ada berapa banyakkah orang yang bukan mahram yang melihat dirimu “memamerkan” aurat? Gimana, sudah terhitung? Masih ada.
3.       Ketika berada di tempat tujuan, tempat kerja atau apapun tempat yang kau tuju, ada berapa banyakkah orang yang bukan mahram melihatmu “memamerkan” aurat?
4.       Demikian pula ketika menuju pulang ke rumahmu, ada berapa banyakkah orang yang melihat dirimu “memamerkan” aurat?

Maka cobalah kau jumlah, terhadap berapa banyak orangkah dirimu “mempertontonkan” aurat dalam sehari ini? Coba akumulasikan selama seminggu, sebulan, setahun. Dan sudah berapa lama kalian membuka aurat itu? Akumulasikan!! Lalu cobalah engkau membaca firman Allah Ta’ala berikut ini: “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Az Zalzalah:8)

Kalian para wanita, dengar. Dengan banyaknya kasus pelecehan terhadap wanita, itu tak hanya disebabkan niatan pelaku saja. Tapi ada kesempatan. Ya, kesempatan. Kesempatan yang kalian (wanita) buat dengan memamerkan aurat secara gratissss…. Saya sebagai lelaki protes lah! Namun tak ayal pula pria memiliki niatan jahat dengan apa yang ia lihat selama ini. Intinya kita tak saling menyalahkan, hanya saling mengingatkan.

Siapakah di antara teman-temanmu atau keluargamu yang dapat membelamu ketika dirimu sudah terbujur kaku di dalam kubur? Engkau menambah dosa dengan dosa, lalu dirimu mengharap tingkatan-tingkatan surga dan kemenangan seorang ahli ibadah. Apakah kau lupakan Rabb-mu saat Dia mengeluarkan Adam dari Surga menuju dunia hanya karena disebabkan satu dosa..??

Walaupun ia kafir, tapi menggunakan kerudung, maka tetap ia dalam keadaan kafir. Karena ia tidak beriman kepada Allah secara kaffah. Tapi, apabila kalian wanita (yang mengaku) muslimah, sudah meyakini bahwa Allah sang Khaliq, yang maha Sempurna, yang maha Tahu Segalanya, namun satu perintah ini saja – menutup aurat – sudah dengan mudah diabaikan. Ganjarannya diakhirat sudah tentu lebih besar, karena Allah telah kau KHIANATI.

Ketahuilah wahai saudariku…. Hidayah (petunjuk) ada dua macam, yaitu hidayatut taufiq dan hidayatul irsyad. Hidayatut Taufiq semata-mata datangnya dari Allah. Sebagaimana yang dimaksud dalam firman-Nya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya , dan Allah lebih mengetahui orang-orang YANG MAU menerima petunjuk.” (Al-Qashash: 56).

Sedangkan Hidayatul Irsyad hanya dimiliki oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setiap orang yang berdakwah fillah, yang mengajak orang lain menuju kebaikan. Sebagaimana dalam firman-Nya: “…Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy Syura: 52). Jenis hidayah yang ke dua ini (hidayatul irsyad), dimiliki oleh setiap orang yang berdakwah fillah, karena orang yang berdakwah fillah hanya memberikan sebuah KUNCI menuju jalan yang benar dan lurus kepada orang lain. Adapun akhir perkaranya, semua kembali kepada Allah. Sehingga, pada akhirnya Allah-lah saja yang menentukan seseorang mendapatkan hidayah dari-Nya (hidayatut taufiq), ataukah tidak. [Lihat kitab al Qaulul Mufid ‘ala Kitab at Tauhid (1/348-349)]

Apa sudah bisa dimengerti?? Oke, kita lanjut.

Yang menjadi masalah adalah, apakah seseorang yang sudah melihat datangnya hidayah mau menerima hidayah (petunjuk) tersebut ataukah dia LEBIH SENANG BERPALING menjauhi hidayah tersebut, lalu mengatakan, “Belum mendapat hidayah.” (?!)

Orang-orang yang telah “melihat” datangnya hidayah tetapi TIDAK MAU mengikutinya, maka pada hakikatnya adalah orang-orang yang LEBIH MENYUKAI kesesatan daripada hidayah (petunjuk). Hal ini telah digambarkan oleh Allah Ta’ala sebagaimana dalam firman-Nya: “Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu..” (Al Fushshilat: 17).

Simpelnya, kalau kita sudah tahu bahwa computer itu bisa digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah, lalu lantas pantaskah bila kita menggunakan computer itu untuk tidur? Bisa saja kita menggunakan CPU sebagai bantal, LED nya sebagai selimut, dan pabrikannya pun tak akan protes karena kita telah memiliki barang mereka dengan membelinya.

Begitupun dalam Islam. Bila kalian sudah diberitahukan mengenai kewajiban berjilbab, lantas tidak digunakan (dilakukan), maka siap-siaplah dengan konsekuensi yang diterima. Karena kalian telah membiasakan diri dalam kesesatan, seperti sesatnya menggunakan computer sebagai alat tidur.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (Al-Baqarah: 196)

Allah Ta’ala berfirman: “Maka apabila mereka tidak memenuhi seruanmu (wahai Muhammad), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim.” (Al-Qashash: 50).

Allah Ta’ala berfirman: “Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (An Nisaa’: 27) Wallahua'lam. Semoga Bermanfaat ...
Read More

Al-Quran Yang Kita Abaikan

Al-Quran Yang Kita Abaikan

Al-Quran Yang Kita Abaikan

Setelah belasan atau puluhan tahun kita hidup, bagaimanakah interaksi kita dengan al-Quran? Bagaimanakah kualiti bacaan al-Quran kita?

Bagaimanakah pula dengan penghayatan kita terhadap apa yang ditulis dalam al-Quran?

Sejauh manakah kita merasakan bahawa al-Quran itu hidup dalam hati kita, dan hidup kita secara keseluruhannya adalah berpandu kepada acuan al-Quran?

Persoalan-persoalan ini mungkin akan menimbulkan jawapan-jawapan yang kurang memuaskan atau mungkin mengecewakan.

“Eh, aku dah khatam dah waktu darjah 5 dulu tau!”.
“Tak apelah, aku tak pandai sangat baca Quran, segan la nak tadarus”.
“Kalau ada masa lapang aku baca la Quran”.
“Ye ke Quran ni lengkap?”.
“Alah, aku baca je, tak pernah tengok pun maknanya. Takpe, dapat pahala jugak”.
“Dah lama dah tak baca. Tak sempat la. Sibuk sikit..”

Kalau begini layaknya sikap kita terhadap al-Quran, bagaimanakah mungkin diri kita itu terbentuk dengan al-Quran?
Bagaimanakah mungkin al-Quran itu menjadi panduan agung dalam kehidupan kita sedangkan kita tidak pernah mengetahui sekalipun pengertiannya?

Maka kita harus menyelami hati dan mula memikirkan, bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap al-Quran? Adakah dengan mengambilnya sebagai bahan bacaan ‘mengisi masa lapang’ atau ‘mesti’ cari masa untuk dibaca?

Adakah dengan menjadikannya bahan bacaan atau bahan rujukan dalam segenap kehidupan?

Ya, al-Quran dengan bait-bait kata yang sama inilah yang menjadi pengubah kehidupan sebuah bangsa Arab Jahiliah menjadi Khayru Ummah. Al-Quran dengan mesej yang sama sejak dulu inilah yang menjadi inspirasi terbebasnya Konstantinopel di tangan Islam. Al-Quran dengan suruhan dan tegahan yang sama sejak dulu inilah yang menjadi sebab tertegaknya pemerintahan Islam.

Namun, mengapakah kita tidak menjadi sebegitu hebat dengan al-Quran ini? Adakah salah al-Quran atau salah Umat Islam?

Tadabbur. Itulah kunci yang akan memberikan impak al-Quran dalam kehidupan kita. Menghayati dengan erti kata yang sebenar, meyakini dengan sepenuhnya dan membawa segala mesej tersebut untuk dipraktikkan dalam kehidupan. Al-Quran bukan semata-mata untuk para Qari yang sedap dan merdu bacaannya. Al-Quran juga bukan hanya untuk ahli tafsir yang diberikan petunjuk oleh Allah untuk menggali segala persoalan dalam al-Quran.

Al-Quran bukan hanya untuk ustaz-ustaz yang memetiknya untuk dijadikan bahan ceramah. Namun al-Quran untuk semua, untuk panduan umat manusia secara keseluruhannya. Maka setiap daripada kita wajib mendalami dan menghayati al-Quran, menjadi ‘Al-Quran yang bergerak’, hidup dengan acuannya.

Firman Allah:

“Patutkah mereka (bersikap demikian), tidak mahu memikirkan isi al-Quran? Kalaulah al-Quran itu (datangnya) bukan dari sisi Allah, nescaya mereka akan dapati perselisihan yang banyak di dalamnya.” (An-Nisa’: 82)

“(Setelah diterangkan yang demikian) maka adakah mereka sengaja tidak berusaha memahami serta memikirkan isi al-Quran? Atau telah ada di atas hati mereka kunci penutup (yang menghalangnya daripada menerima ajaran al-Quran)?” (Muhammad: 24)

Maka sekarang kita perlu mengubah orientasi pemikiran. Kalau sebelum ini al-Quran itu kita anggap sebagai bahan bacaan, sekarang mari melangkah setapak dengan menjadikannya sebagai bahan penghayatan. Bahan rujukan untuk segenap isu dalam kehidupan. Bahan penyelesaian kepada segala permasalahan yang dialami dan dirasai. Berpandukan kepada kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para Ulama’ seperti Tafsir Ibnu Kathir, Tafsir Fi Zilalil Quran Syed Qutub, dan tafsir-tafsir lain.

Kita selak dan kita dalami al-Quran. Insya-Allah, hidup kita akan menjadi semakin terarah dan semakin membaik kerana kita mengambil sebuah panduan yang tidak bengkok sama sekali.

“Segala puji tertentu bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya (Muhammad), Kitab suci al-Quran, dan tidak menjadikan padanya sesuatu yang bengkok (terpesong).” (Al-Kahfi:1)
Read More

Perihal Wanita Solehah Dan Lelaki Soleh

Perihal Wanita Solehah Dan Lelaki Soleh

PERIHAL WANITA SOLEHAH DAN LELAKI SOLEH

Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:

Hai nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan dia Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ingatlah ketika nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebahagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu? Nabi menjawab: Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan) dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik, dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.

Al-Maghari berkata: Surah ini termasuk dalam kategori Surah Madaniyyah dan mengandungi 12 ayat. Ia diturunkan selepas Surah al-Hujurat. Hubungan surah ini dengan surah yang sebelumnya:


  • Surah al-Talaq menceritakan tentang pergaulan yang baik dengan para isteri dan memenuhkan hak-hak mereka, manakala dalam surah ini pula menceritakan apa yang terjadi di antara mereka dengan Nabi s.a.w sebagai pengajaran kepada umatnya agar berhati-hati dalam urusan wanita, melayan mereka dengan lemah lembut sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi s.a.w dan memberi nasihat dengan cara yang berkesan.
  • Kedua-dua surah ini dimulakan dengan seruan kepada Nabi s.a.w.
  • Surah yang terdahulu berkenaan dengan persengketaan para isteri, manakala surah ini pula membincangkan berkenaan dengan persengketaan isteri-isteri Nabi s.a.w. Disebutkan isteri Baginda secara khusus untuk menghormati kedudukan mereka.


Kesimpulan: Wahai isteri-isteri nabi! Jauhilah olehmu daripada menyakiti Rasulullah s.a.w dan berkomplot untuk menentang dan berbuat buruk terhadap Baginda. Ini kerana perbuatan ini boleh membangkitkan dadanya, sehingga ia akan menceraikan kamu semua dan Allah akan memberikan pengganti untuknya yang lebih baik daripada kamu dalam perkara agama, amalan soleh, ketakwaan dan mengatur urusan rumahtangga. Dia memberikan kepadanya sesetengah daripada isteri-isterinya itu yang masih lagi perawan dan sesetengahnya yang janda.

Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi seorang wanita selain daripada talaq (perceraian), terutama apabila isteri penggantinya lebih baik daripada sebelumnya.

Imam al-Bukhari meriwayatkan daripada Anas r.a, yang berkata: Umar berkata, isteri-isteri Nabi s.a.w bersepakat untuk mogok terhadap Baginda. Lalu aku berkata: Mudah-mudahan jika Baginda telah menceraikan kamu, Allah akan memberi ganti untuk Baginda isteri yang lebih baik daripada kamu semua. Lalu turunlah ayat ini.

Sebenarnya keindahan merupakan target utama manusia dan fitrah kepada sesiapa pun sukakan indah dan keindahan. Ini menyebabkan mereka begitu terpesona apabila mendapat apa-apa yang indah seperti barangan, kenderaan, harta benda, lebih-lebih lagi suami dan isteri yang ada nilai kecantikan dan ketampanan.

Indah Yang Hakiki

Sebenarnya keindahan bukan semata-mata dilihat dari segi lahiriah dan zahir semata-mata  tetapi lebih daripada itu memerlukan keindahan dalaman yang mewakili hati dan akhlak serta budi yang luhur apatah lagi dipasakkan dengan keimanan sejati. Inilah yang hakiki patut didambakan oleh kita semua kerana ia sudah pasti menatijahkan kebahagiaan hidup di dunia seterusnya berlangsungan hingga ke akhirat.


Indah Dalam Berumah Tangga

Sengaja penulis membuat fokus kepada rumah tangga agar realiti kehidupan sebenarnya yang ingin digapai oleh setiap pasangan bagi mendapatkan kebahagiaan dapat diraih.

Syeikh Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatu al-Aulad menyebut berkenaan dengan perkahwinan contoh dan hubungannya dengan pendidikan. Antara lain katanya: Perkahwinan terdiri dari tiga sudut, yaitu:


  1. Perkahwinan adalah fitrah manusia.
  2. Perkahwinan boleh membawa kebaikan kepada masyarakat.
  3. Perkahwinan merupakan penelitian dan pemilihan.


Ketiga-tiga perkara di atas akan menjelaskan sejauh mana hubungan pendidikan dengan sifat tanggungjawab kelahiran zuriat. Begitu juga hubungan darah keturunan dengan anak serta memelihara keselamatan tubuh dan kelakuannya, perasaan kasih sayang kedua ibu bapa terhadapnya, kerjasama yang erat antara kedua-dua ibu bapanya dalam usaha mendidiknya, membetulkan segala penyelewengan dan membentuknya sebagai insan yang soleh untuk menghadapi kehidupan.


Keutamaan Wanita Solehah

Dinyatakan di sini beberapa nas daripada hadis berkenaan dengan kelebihan dan faedah bagi individu yang berkahwin dan mendapat isteri mahupun suami yang bersifat soleh dan solehah, antaranya:

Daripada Abdullah bin Amr r.a, katanya, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Dunia merupakan keseronokan yang bersifat sementara dan keseronokan yang paling baik di dunia ialah wanita yang solehah.” (Riwayat Muslim)

Daripada Ibn Abbas r.a, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Empat perkara yang jika dikurniakan kepada seorang bererti, ia telah dikurniakan kebajikan di dunia dan akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang sabar menerima cubaan dan isteri yang tidak ingin berbuat derhaka terhadap dirinya sendiri dan terhadap harta suaminya.” (Riwayat at-Tabrani)

Daripada Abu Amamah r.a, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Seseorang lelaki itu tidak akan mendapat apa-apa kebaikan selepas takwanya kepada Allah s.w.t lebih daripada isteri yang solehah. Jika disuruh oleh suami, ia taat, jika suaminya melihat kepadanya, ia menyenangkannya, jika bersumpah, nescaya ia dapat membuktikannya dan jika ditinggalkan pergi oleh suaminya, ia menjaga diri dan menjaga hartanya.” (Riwayat Ibn Majah)

Daripada Abu Hatim al-Muzani r.a, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Apabila kamu didatangi oleh seseorang yang kamu berkenan dengan agama dan akhlaknya, maka kahwinkanlah dia. Jika tidak, akan berlaku fitnah dan kerosakan di muka bumi ini.” (Riwayat Tirmidzi)


Sepuluh Wasiat Untuk Puteri Umamah

Umamah telah mewasiatkan kepada puterinya yang akan berkahwin dengan al-Harith bin Amru. Katanya: Wahai puteriku! Ada sepuluh perkara yang inginku berikan pedoman kepadamu dan sebagai panduan untukmu dalam kehidupan berumahtangga:


  • Jalinkan hubungan dengan suami dengan penuh ketaatan. Perhatikan kesukaannya dan jangan sampai dia melihat sesuatu yang buruk daripadamu atau tercium sesuatu yang tidak enak daripadamu.
  • Sentiasalah membanggakan suamimu kerana ini akan membuatkannya bertambah kasih padamu.
  • Benarkanlah segala pendapat dan sikapnya (selagi tidak bertentangan dengan syariat) nescaya, dia akan bersikap lembut terhadapmu.
  • Uruskan rumah tangga dengan baik dan sempurna.
  • Sentiasalah memelihara diri, keluarga dan kehormatannya.
  • Simpanlah segala rahsianya dengan baik. Jangan sesekali kamu membantah suruhannya kerana ini akan melukakan hatinya.
  • Jagalah waktu makan dan waktu istirehatnya kerana perut yang lapar akan membuatkan darah cepat naik. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan keletihan.
  • Jika dia sedang bergembira, janganlah kamu menunjukkan kesedihan. Kamu mesti pandai mengikut suasana hatinya.
  • Hiasilah dirimu selalu agar dia gembira apabila memandangmu.
  • Jadikanlah dirimu itu sebagai pembantu kepadanya, nescaya dia akan menjadi penolong pula kepadamu.”


Ciri-ciri Suami Soleh

Seorang pakar sakit jiwa mengatakan: “Menghormati isteri termasuk di dalam soal yang amat penting kerana seorang isteri merasa dirinya lemah atau dipandang lemah. Pada umumnya, kaum wanita mengamalkan pelajaran yang buruk hingga melekat pada sifat-sifatnya, seperti suka berdusta, tidak boleh dipercayai, nifaq (lain di mulut, lain di hati) dan sebagainya. Apabila kita tanamkan rasa menghargai diri di dalam jiwanya, kita menghormati keperibadiannya dan kita jaga kehormatannya. Kita dapat memperkuat keperibadiannya dan membuatnya sanggup menghadapi gelombang dahsyat yang mungkin akan dihadapi selama perjalanan hidupnya. Dengan menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri dan dengan penghargaan yang kita berikan itu, ia akan dapat mengatasi kelemahan jiwanya sehingga ia tidak mudah diperdaya dan tidak mudah tergelincir ke dalam perbuatan yang rendah dan sia-sia.”

  • Mentaati Allah dan Rasul dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan.
  • Mendirikan rumah tangga semata-mata kerana Allah dan demi memenuhi tuntutan agama.
  • Melayani dan menasihati isteri dengan cara yang baik.
  • Menjaga hati dan perasaan isteri.
  • Sentiasa bertolak ansur dan selalu membantu isteri.
  • Tidak menyuruh sesuatu di luar kemampuan isteri.
  • Kuat kesabaran dan menghindari daripada menyakiti isteri, seperti memukul atau dengan perkara yang memudaratkan, yang tidak dibenarkan syariat.
  • Tidak mengeji isteri di hadapan orang lain ataupun memuji wanita lain di hadapan isteri.
  • Menerima kelemahan isteri dengan hati yang terbuka.
  • Mengelakkan daripada terlalu mengikut kemahuan isteri kerana ia akan menjejaskan imej dan prestasi sebagai ketua keluarga.
  • Memberi nafkah kepada ahli keluarganya dengan sedaya kemampuan.
  • Menyediakan keperluan dan tempat tinggal yang selesa.
  • Bertanggungjawab mendidik akhlak ahli keluarganya.
  • Sentiasa mengambil berat tentang keselamatan mereka.
  • Memberikan kasih sayang dan berkorban demi kebahagian bersama.


Seorang lelaki datang menemui al-Hasan bin Ali r.a meminta nasihat dan bertanyakan tentang lelaki yang bagaimanakah yang layak dikahwinkan dengan puterinya.

Ia berkata: “Anak perempuanku dipinang oleh beberapa orang lelaki, dengan siapakah yang sebaiknya aku mengahwinkannya?” al-Hasan menjawab: “Kahwinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab kalau ia mencintai isterinya ia pasti menghormatinya, tetapi kalau tidak menyukainya ia pasti tidak akan berlaku zalim terhadapnya.”


Ciri-ciri Isteri Solehah

Banyak ciri yang perlu disemai dalam diri seorang isteri yang solehah, antaranya:

Segera menyahut dan hadir apabila dipanggil oleh suami. Rasulullah s.a.w bersabda, yang maksudnya: “Jika seorang lelaki mengajak isterinya ke tempat tidur, lalu isteri itu menolak. Kemudian, suami itu bermalam dalam keadaan marah, maka isterinya itu dilaknat oleh para malaikat sehingga waktu pagi.”


  • Tidak membantah perintah suami selagi tidak bertentangan dengan syariat.
  • Tidak bermasam muka terhadap suami.
  • Sentiasa menuturkan kalimah yang baik-baik.
  • Tidak membebankan suami dengan permintaan di luar kemampuan suami.
  • Keluar rumah hanya dengan izin suami.
  • Berhias hanya untuk suami.
  • Menghargai pengorbanan suami.
  • Tidak membenarkan orang yang tidak diizinkan suami masuk ke dalam rumah.
  • Menerima tunjuk ajar daripada suami.
  • Menghormati mertua serta kaum keluarga suami.
  • Sentiasa berada dalam keadaan kemas dan bersih.
  • Menjadi penenang dan penyeri rumah tangga.


Dinyatakan di sini beberapa tips untuk mendidik isteri, antaranya:


  • Allah membekalkan kepada lelaki kekuatan akal, rasional, tidak mudah didorong oleh perasaan. Wanita pula berjiwa sensitif dan mudah tersinggung. Justeru, kekuatan akal jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, ditambah kekuatan fizikal, suami boleh menjadi pendidik yang kreatif.
  • Perasaan wanita terlalu mudah terusik dengan suasana dan keadaan sekeliling. Justeru, lelaki hendaklah banyak menggunakan daya fikir dan strategi.
  • Kaum wanita dibekalkan dengan sembilan nafsu dan satu akal berbanding dengan lelaki yang diciptakan dengan hanya satu nafsu dan sembilan akal. Nafsu yang dimaksudkan bukan nafsu seks semata-mata, tetapi nafsu tidak penyabar, mudah prasangka, cemburu, cepat merajuk dan sebagainya. Dari dorongan nafsu itulah, lahirnya pelbagai perasaan pada wanita.
  • Dikatakan juga bahawa sembilan persepuluh daripada diri wanita itu ialah perasaan dan satu persepuluh sahaja pertimbangan akal. Sebab itulah wanita mesti dibimbing lelaki agar tindak tanduknya tidak mengikut perasaan semata-mata.
  • Tahu sedikit sebanyak ilmu psikologi wanita. Ini dapat dimanfaatkan suami dalam mendidik isteri.


Kebijaksanaan perlu disertai dengan kesabaran. Kesabaran tanpa kebijaksanaan membawa kepada suami menurut semahu-mahunya kemahuan isteri. Tanpa kesabaran, boleh hilang pertimbangan akal dan tidak bertindak secara rasional.

Akhirnya, penulis menutup perbincangan ini dengan memohon doa daripada Allah s.w.t, seperti yang diajar dalam al-Quran yang bermaksud:

Dan juga mereka (yang diredai Allah itu ialah orang-orang) yang berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri-isteri dan zuriat keturunan kami, perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya, dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertakwa.” (al-Furqan: 74)
Read More

Cari Blog Ini

© Belajar Soleha, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena